Selasa, 30 Desember 2008

Penyataan Dr. Edgar Mitchell




Dr. Edgar Mitchell astronaut Amerika dalam misi Apollo 14 dan merupakan orang ke 6 yang berjalan di atas permukaan bulan menyatakan secara resmi bahwa:

UFO dan aliens memang ada.

http://www.news.com.au/heraldsun/sto...51-663,00.html

http://www.dailymail.co.uk/sciencete...-60-years.html

YouTube:

http://au.youtube.com/watch?v=zQbEv0...eature=related


Ini merupakan pernyataan yang sangat berani, karena selama ini kasus UFO dan aliens ditutupi pemerintah A.S.

Dr. Edgar Mitchell juga menyatakan bahwa Aliens sudah sering melakukan kontak dengan manusia bumi.



Sekarang, apabila Dr. Edgar Mitchell berkata jujur dan UFO serta Aliesn memang ada, apa persiapan kita untuk hari depan?

Saya rasa sudahnya saatnya orang Indonesia menghentikan ketamakannya, korupsi dan mimpi akan kekuasaan, berebut menjadi pejabat yang kemudian hanya terbekuk di penjara oleh KPK karena kasus korupsi.

Bagaimana pendapat anda?

Kamis, 25 Desember 2008

Apophis

Apophis:2036 End of the World









Anak usia 13 Tahun Koreksi Hitungan NASA! Menarik bukan? Seorang anak berusia 13 tahun yang setingkat SMP berhasil mengkoreksi perhitungan tabrakan asteroid Apophis. Tabrakan yang menurut NASA awalnya diperkirakan hanya 1:45000 menjadi naik perbandingannya karena apophis diperkirakan akan menabrak salah satu satelit yang mengelilingi Bumi.

Perhitungan Nico Marquardt menunjukan pada tanggal 13 Oktober 2008, saat melakukan pertemuan terdekat dengan Bumi, Apophis akan memiliki kemungkinan menabrak 1 dari 40000 satelit yang ada dan mengalami perubahan lintasan orbit. Perubahan tersebut akan kembali terjadi tahun 2029 saat mendekati Bumi karena kembali Apophis kemungkinan akan mengalami tabrakan dengan satelit. Akibatnya pada tahun 2036, pada saat pertemuan dengan Bumi kemungkinan Apophis akan menabrak Bumi menjadi 1:450 atau seratus kali lebih tinggi dari perkiraan NASA.

Benarkah? Sampai saat ini belum ada pemberitahuan resmi dari NASA.

Tunggu Informasi selanjutnya!!!

Di sisi lain, menurut cosmos4u yang ditulis Daniel Fischer seorang astronom Jerman, berita tentang meningkatnya kemungkinan tabrakan Apophis tidaklah benar. Hasil pembicaraan antara cosmos4u dan pakar NEO Don Yeoman menyatakan kalau pihak NASA belum mengadakan kontak dengan Nico Marquardt, dan kisah yang ditampilkan di berbagai tabloid dan koran di seluruh dunia ini merupakan cerita absurd atau bisa dikatakan ini merupakan sebuah hoax.

Menurut Don, sepanjang pertemuan terdekat antara Apophis dan Bumi pada tahun 2029, Apophis akan mendekati Bumi pada jarak 38900 km, atau berada dalam jarak geosynchronous yakni 42240 km. Tapi bagaimanapun, asteroid ini akan melintasi sabuk ekuatorial pada jarak 51000km. Ini berarti saat melintasi sabuk ekuatorial, ia akan berada di luar jarak geosynchronous. Ketidakpastian posisi Apophis saat mendekati Bumi diperkirakan sekitar 1500 km, dengan demikian Apophis tidak akan dan tidak bisa mendekati satelit Bumi. Apophis tidak akan melintasi bidang orbit Bulan pada jarak orbit Bulan.

Seringkali berita ditulis hanya untuk terlihat bombastis tanpa melakukan pengecekan pada sumber yang benar. Apophis adalah salah satu asteroid yang terus menerus berada dalam pengawasan NASA, karena memang berpotensi menabrak Bumi. Apophis yang juga dikenal sebagai 2004 MN4 sampai akhir tahun 2004 masih menjadi asteroid dengan kemungkinan tabrakan paling tinggi di tahun 2029. Namun awal tahun 2005 data radar menunjukan penurunan kemungkinan. Dan dalam beberapa bulan kemudian, kemungkinan terjadinya tabrakan pada tahun 2036 juga semakin merosot dan pada akhirnya mencapai angka perbandingan 1:45000.

Rabu, 24 Desember 2008




Bagaimana jika gambar diatas benar-benar terjadi pada Bumi kita?
Apa menurut Anda?
How if picture above really happened our earth?
What according to you? What you say?

Senin, 22 Desember 2008

NASA Gunakan Satuan Metrik ke Bulan

Untuk segala keperluan misi ke Bulan, Badan Antariksa AS (NASA)
memutuskan untuk menggunakan satuan metrik (meter). Hal ini akan
memudahkan kerja sama dengan lembaga antariksa lainnya mengingat
metrik merupakan standar internasional.

Pernyataan yang dirilis NASA, Senin (8/1), menyebutkan bahwa satuan
metrik akan digunakan di seluruh unit operasi peluncuran misi ke
Bulan. Perubahan ini membuat setiap peralatan dan sistem yang
digunakan NASA memiliki satu standar.

Masih dalam pernyataan tersebut, NASA mengakui bahwa sistem metrik
sebenarnya telah digunakannya secara parsial sejak tahun 1990-an.
Standar satuan Inggris (inci, kaki, mil) masih tetap digunakan pada
beberapa misi dan beberapa proyek menggunakan keduanya. NASA
menggunakan standar satuan metrik dan Inggris di Stasiun Antariksa
Internasional (ISS).

Penggunaan standar ganda dipicu kegagalan misi wahana Mars Climate
Orbiter pada tahun 1999. Saat itu, kontraktor yang mengerjakannya
menggunakan standar Inggris sementara NASA menghitung dengan satuan
metrik .

"Saya kira NASA sedikit keras kepala terhadap lembaga antariksa
lainnya di masa lalu, sehingga ini menjadi isyarat niat baik untuk
merangkul semuanya pada misi ke Bulan," ujar Jeff Volosin, kepala
pengembangan strategi direktorat sistem misi eksplorasi NASA. Saat
keputusan tersebut diumumkan di depan 13 lembaga antariksa lainnya,
seluruh delegasi meyambutnya dengan penuh antusias.

Dengan satu standar pada misi ke Bulan, Rusia tidak perlu melakukan
konversi satuan agar peralatannya bisa dipakai di peralatan buatan
AS. Selain itu, penyatuan standar memudahkan komunikasi, misalnya
saat menentukan seberapa jauh kendaraan penjelajah bergerak saat
melakukan proyek penelitian ilmiah.

Secara informal, NASA juga sedang mendiskusikan kemungkinan
penggunaan protokol internet dalam sistem komunikasinya. Alasannya,
hal tersebut akan memudahkan lembaga antariksa yang lebih kecil atau
perusahaan swasta untuk memperoleh informasi mengenai misi di Bulan.

"Kami telah mengetahui bagaimana berkomunikasi melalui internet.
yang lebih kecil hambatannya," tandas Volosin.

Desain Terbaru Roket Untuk ke Bulan


HUNSTSVILLE, RABU - Desain terbaru roket yang akan dipakai untuk mengirimkan astronot ke Bulan berukuran lebih besar dari versi sebelumnya. Badan antariksa AS NASA memamerkan desain roket yang diberi nama Ares V itu di Pusat Ruang Angkasa Marshall, Huntsville, Alabama, AS, Rabu (25/6) waktu setempat.

Panjang roket tersebut 6 meter lebih panjang daripada desain sebelumnya. Selain itu, roket juga terdiri dari enam tingkat atau ditambahkan satu tingkat. Para insinyur NASA juga memperbesar ukuran dua roket pendorong agar memuat bahan bakar lebih banyak dan mengangkut beban lebih berat.

Dengan perubahan desain, panjang roket Ares V berubah dari rencana awal 108,3 meter menjadi 114 meter. Roket tersebut sanggup mengangkut kapsul berisi empat orang astronot, sebuah kendaraan pendarat di Bulan, dan peralatan pendukung kehidupan selama misi. Suatu saat,

Ares V juga dipakai untuk mengirim logistik seberat 78.300 kilogram dalam sekali peluncuran saat stasiun antariksa di Bulan telah dibangun. Roket ini juga menjadi basispengembangan kendaraan ulang alik yang akan dikirim untuk misi ke Mars.

Pembuatan roket ini akan dimulai tahun 2010 begitu operasional seluruh pesawat ulang alik dipensiunkan.

Kekurangan dana, misi NASA ke mars ditunda

WASHINGTON... Keinginan manusia untuk mengetahui keadaan Planet Mars, agar suatu hari nanti dapat menjadi tempat kedua setelah Bumi, terpaksa harus tertunda. Pasalnya, NASA yang berniat mengirimkan misi ke Mars pada tahun 2009, harus mengurungkan niatnya.

Badan Antariksa Amerika Serikat terpaksa menunda meluncurkan robot yang dilengkapi dengan sinar laser untuk mengetahui permukaan batu disana, sampai dengan tahun 2011. Oleh NASA, ada 10 problem berbeda yang harus dibenahi dalam misi kali ini. Salah satu permasalahan yang paling mendasar adalah, motor penggerak yang membuat robot Mars Science Laboratory ini mampu bergerak dan berjalan di permukaan Mars mengalami kerusakan dan belum bisa bekerja secara maksimal.

"Motor penggerak tersebut sangat penting. Sebab, dapat membuat robot bergerak secara leluasa pada cuaca dingin," jelas Anggota Nasa Michael Griffin, seperti yang diberitakan Associated Press, Jumat (5/12/2008).

"Masalah lainnya, belum maksimalnya sistem komputer yang menggunakan tenaga matahari," sambungnya lagi.

Masalah dana juga menjadi batu sandungan bagi misi ini. Pasalnya, untuk mengembangkan robot selama dua tahun saja sudah menelan dana sampai USD1,6 miliar. Padahal, misi ini membutuhkan tambahan dana lagi setidaknya USD2,3 miliar.

Misi ini tergolong sangat penting bagi NASA agar dapat melihat kemungkinan adanya kehidupan lain di sana. Dalam misi beberapa tahun lalu, diketemukan sebuah kehidupan sel mikroba. Jika kehidupan mikroba tersebut benar adanya, bukan tidak mungkin manusia pun dapat bertahan hidup di Mars.

Kehilangan Kontak, Misi ke Mars Dihentikan


LOS ANGELES - Penelitian mengenai kemungkinan adanya kehidupan di Planet Mars sepertinya akan tertunda untuk sementara waktu. Ini dikarenakan, Robot Phoenix Mars Lander yang diberi tugas mengamati topografi di Mars dinyatakan dihentikan karena sudah mengalami putus kontak.

Pernyataan ini diungkapkan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang mengatakan bahwa misi robot ke Mars resmi dihentikan. Robot Phoenix yang mengambil tugas ini telah kehilangan kontak sejak 2 minggu lalu. Dan menurut Nasa, peluang Phoenix untuk kembali bertugas sangat kecil.

"Phoenix sudah tidak mengirimkan sinyal ke pusat komando sejak 2 November lalu. Kami masih terus berusaha melakukan kontak, tetapi kemungkinan itu kecil," jelas Manajer Pengembangan Phoniex Mars Lander Barry Goldstein, seperti yang dilansir dari Reuters, Selasa (11/11/2008).

Misi ini sendiri sebenarnya sudah diluncurkan sejak satu tahun lalu. Karena terus mengalami perbaikan, robot berkaki tiga ini baru benar-benar beroperasi dalam jangka 6 bulan ini. Tugas utama dari Phoenix sendiri untuk meneliti kandungan tanah di planet merah tersebut. Oleh Nasa, tanah di Mars diduga menyimpan kandungan es, yang disebut-sebut berpeluang menciptakan kehidupan di sana. Sampai saat ini Phoenix sudah mengirimkan 25,000 foto topografi, serta beberapa sampel tanah di Mars.

Pihak Nasa sendiri belum memastikan pengganti Phoenix yang dikirim ke Mars, ini disebabkan mereka masih berharap pada Phoenix agar bisa melakukan kontak kembali. Paling tidak, mereka bisa mengetahui keberadaan terakhir Phoenix serta penyebab keruskannya.

"Kami akan terus bekerja agar bisa menjawab semua pertanyaan tentang adanya kehidupan, atau tidaknya kehidupan, di Planet Mars," pungkas Barry.

Rencana Pindah Ke Mars


Konferensi PBB Mengenai Perubahan Iklim di Poznan, Polandia, berakhir sepekan lalu. Tidak ada perubahan komitmen pengurangan emisi karbon. Pemanasan bumi akibat emisi karbon diprediksi menyebabkan Bumi tak mampu lagi menyangga kehidupan pada akhir abad ini.

Ke mana kita akan mengungsikan kehidupan (terutama manusia) ini? Pencarian ini antara lain yang kemudian menjadi obyek ketika penjelajahan ruang angkasa menjadi semakin ”menjanjikan” sejak pendaratan Neil Armstrong 10 Juli 1967 di permukaan Bulan.

Penjelajahan terus berlanjut bukan hanya ke Bulan, tetapi merambah planet-planet lain dalam galaksi Bimasakti.

Program observasi National Aeronautics and Space Administration (Badan Aeronautika dan Ruang Angkasa Nasional/NASA) Amerika Serikat Mars Reconnaissance Orbiter (MRO) telah berakhir dan hasilnya dipaparkan dalam jurnal ilmiah Science, Jumat (19/12).

Hasil dari misi penjelajahan MRO yang pertama tersebut telah berhasil menemukan bukti- bukti akan adanya mineral-mineral yang penting untuk mendukung kehidupan. Bukan hanya mineral, bahkan jejak-jejak yang membuktikan adanya air di permukaan Mars juga terekam di beberapa lokasi.

Penemuan akan bukti-bukti tersebut mengindikasikan bahwa pernah ada mikroba—sebagai bentuk awal kehidupan—hidup di Mars ketika planet tersebut kondisinya lebih basah (baca: mengandung air) dibandingkan saat ini. Penelitian lebih lanjut akan dilakukan MRO tahap kedua yang akan berlangsung selama dua tahun.

Penemuan yang cukup melegakan ini karena ternyata Mars tidaklah ”seganas” yang pernah dipikirkan semula.

Bukti akan adanya air di Mars diketahui saat ditemukan adanya parit-parit yang terbentuk oleh aliran air, kemungkinan berasal dari danau purba.

Bukti akan adanya air juga muncul ketika ada ditemukan jenis-jenis mineral yang hanya bisa terbentuk jika terjadi interaksi dengan unsur air.

Persoalan yang masih ada dan masih harus terus dicari dan dibuktikan adalah seberapa banyak air yang pernah ada di Mars tersebut, dan seberapa besar dukungannya terhadap kehidupan mikroba atau kehidupan yang primitif (metabolismenya sederhana)? Jawabannya mungkin belum akan ditemukan dalam waktu dekat.

Di sisi lain, bukti-bukti tersebut mengisyaratkan bahwa di Mars pernah ada periode ketika air membentuk tanah liat yang disusul periode kering saat Mars kaya akan unsur garam dan unsur airnya bersifat asam. Kondisi ini amat tidak cocok untuk mendukung kehidupan.

Persoalannya, kondisi di Mars tidaklah serupa antara satu wilayah dan wilayah lainnya. Oleh karena masih ditemukan sejumlah unsur karbon yang mengindikasikan wilayah itu tidak bersifat asam-unsur asamnya rendah. Karbon amat mudah terurai jika bertemu unsur asam. Unsur karbon juga ditemukan pada batuan meteorit yang berasal dari Mars.

”Kehidupan yang primitif mungkin menyukainya. Tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, dan tidak terlalu asam. Sebuah tempat yang ’tepat’,” ujar Bethany Ehlmann sarjana dari Brown University di Providence.

Unsur karbon yang telah memberikan harapan tersebut ditemukan MRO di daerah yang disebut Nili Fossae, sekitar 667 kilometer panjang dan berada di tepian Isidis-kolam yang telah kering, dan di dekat batuan yang terekspos di tepi lembah kawah. Jejak serupa ditemukan di Terra Tyrrhena dan Libya Montes.

Sejumlah peneliti memiliki teori yang berbeda-beda tentang terbentuknya karbon. Misalnya, ada yang menyebutkan air tanah (Mars) terangkat ke permukaan melewati batuan yang mengandung olivin di permukaan dan terpapar pada hujan atau danau kecil. Teori tersebut mempertebal keyakinan bahwa di Planet Merah itu pernah ada air di permukaannya.

Berkeliling

Perjalanan MRO berkeliling planet telah membawanya menemukan bukti-bukti bahwa sebagian besar wilayah dataran tinggi di bagian selatan planet yang luas itu dialiri air dengan kondisi lingkungan yang bervariasi pada 4,6 miliar-3,8 miliar tahun yang lalu.

Bukti-bukti itu ditunjukkan dengan penemuan batuan filosilikat yang tersebar meluas di belahan selatan planet. Batuan filosilikat ini mengandung unsur besi, magnesium atau aluminium, mica, dan kaolin.

”Dalam filosilikat, atom-atomnya tertata secara berlapis dan semua memiliki unsur air atau kandungan hidrogen dan oksigen yang membentuk suatu struktur kristal,” tutur anggota tim MRO, Scott Murchie, dari John Hopkins University.

Lapisan batuan yang mengandung kristal air tersebut berada di lapisan batuan vulkanik yang belum terlalu tua. Di bagian kawah, misalnya di Valles Marineris, di belahan selatan planet, terpapar lapisan lempung purba dan berbagai mineral lain.

”Ini seperti sebuah perjalanan ke lapisan batuan di dasar Grand Canyon,” ujar Murchie merujuk pada salah satu fenomena geologis yang terbesar.

Variasi tanah lempung dan berbagai mineral yang ditemukan di Mars tersebut mengindikasikan adanya variasi kondisi lingkungan di Mars.

Di belahan utara Mars ditemukan batuan dengan kandungan berbeda, yaitu sulfat yang mengindikasikan lingkungan yang lebih kurang mendukung kehidupan dibandingkan selatan.

Nah, mungkin suatu hari nanti kita bisa mengungsi ke belahan selatan Mars? Atau... maukah kita menyelamatkan kapal kehidupan kita yang bernama Bumi...?

Astronom Deteksi Objek Sejenis Komet Halley


Menggunakan teleskop yang dibawa wahana SOHO (Solar and Heliospheric Observatory), para astronom berhasil mendeteksi sebuah komet yang mirip Komet Halley. Sebab, komet tersebut mengelilingi Matahari dengan lintasan yang teratur.

Komet yang diberi nama P/2007 R5 (SOHO) tergolong komet langka yang diklasifikasikan dalam komet periodik. Dari ribuan komet yang terdeteksi, hanya 190 yang sudah dipastikan masuk golongan ini. Objek paling terkenal yakni Komet Halley, yang terakhir dapat dilihat dengan dari Bumi pada tahun 1986 dan akan berulang setiap 76 tahun.

Dibandingkan Komet Halley, komet yang baru ditemukan memiliki jarak lintasan orbit yang jauh lebih pendek yakni hanya empat tahun. Keberadaannya pertama kali terlihat pada September 1999 dan kembali terlihat pada September 2003. Pada tahun 2005, Sebastian Hoenig dari Institut Radioastronomi Max Planck, Jerman memprediksi kalau keduanya merupakan objek yang sama.

Pemikiran Hoenig mirip dengan metode yang dipakai Edmond Halley. Pada tahun 1682, Halley mempelajari dua komet yang terlihat pada tahun 1531 dan 1607. Untuk menguji apakah pendapatnya benar, Hoenig menghitung jarak orbit keduanya. Analisis tersebut terbukti benar saat komet yang sama terlihat kembali 11 September 2007 lalu dan diperkirakan akan muncul kembali pada September 2011. .

P/2007 R5 (SOHO) diperkirakan berdiameter 330 hingga 650 meter. Tidak seperti komet lainnya, komet tersebut tidak memiliki ekor atau lapisan gas dan debu di sekitar inti yang disebut koma. Namun, saat berada pada jarak terdekat dari Matahari sekitar 7,9 juta kilometer, ia memendarkan cahaya yang jutaan kali lebih terang seperti halnya komet-komet lainnya.

"Kemungkinan inti kometnya sudah hilang karena sesuatu hal," ujar Karl Battams, ketua program penelitian komet SOHO. Komet tersebut mungkin telah melepaskan sebagain besar lapisan es dan sisa materialnya tidak cukup untuk membentuk koma atau ekor.

SOHO merupakan observatorium ruang angkasa yang awalnya ditujukan untuk mengamati Matahari. Ia berada di orbit yang disebut Bumi-Matahari L1 yang memebuatnya mengitari Matahari bersama Bumi dalam satu garis lurus. Wahana yang dikembangkan bersama antara badan antariksa AS (NASA) dan badan antariksa Eropa (ESA) diluncurkan pada tahun 195 dan telah menyelesaikan misi utama selama 2 tahun.

Sejak misi diperpanjang, SOHO sudah mendeteksi sekitar 1350 komet yang diperkirakan sebagai komet periodik dan baru P/2007 R5 (SOHO) yang dipastikan sebagai komet periodik.

UFO berkunjung ke Indonesia !!!


JAKARTA (Suaramedia) Sebuah benda asing atau biasa dikenal unidentified flying object (UFO) terlihat di Jakarta. Fenomena ini terekam dalam sebuah kamera yang dikirimkan pemirsa RCTI pada Senin 8 Desember kemarin.

Video berdurasi singkat tersebut menggambarkan sejumlah titik cahaya dan bergerak beliuk-liuk di langit malam Jakarta. Dalam video tersebut juga menggambarkan, cahaya tersebut bergerak memutar dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Namun salah seorang peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Sri Loka Prabotosari saat dikonfirmasi redaksi RCTI, belum bisa memastikan apa benda asing tersebut.

Berdasarkan penelusuran okz, Rabu (10/12/2008), penampakan UFO bukanlah yang pertama. Sebelumnya,

6 Januari lalu salah seorang pengguna internet bernama hasbrothers mengirimkan video rekaman yang diduga sebagai UFO.

Rekaman berjudul 'Ufo Jakarta??' tersebut kini beredar di youtube. Hasbrothers diduga diambil menjelang senja. Pasalnya, benda berukuran bundar tersebut terbang dari satu tempat ke tempat lain dengan latar belakang awan memerah.

Salah seorang warga Jakarta melihat adanya benda asing atau biasa dikenal unidentified flying object (UFO) yang terbang di atas langit Petukangan, Jakarta Selatan.

Warga Petukangan, Jufri (38), sempat merekam fenomena tersebut melalui kamera handphone dan diunggah ke situs youtube.

di Jalan Pesanggrahan 3 Perumahan Pesanggrahan Permai, Jufri menceritakan fenomena tak biasa itu dilihatnya saat dia bersama enam orang kawannya sedang membakar daging sate kurban di Petukangan Selatan RT 11 RW 05, Senin 8 Desember.

"Senin malam, kira-kira pukul 21.45 WIB, saya melihat benda aneh berwarna oranye seperti sinar," kata Jufri,

Dia dan beberapa kawan lantas memperhatikan ke arah langit. Mereka pun mulai berspekulasi mengenai adanya benda asing di udara yang dikenal dengan UFO.

"Teman saya bilang kalau itu balon gas, terlalu jauh remote-nya. Sinar dari benda itu kelap-kelip berwarna oranye," tandas Jufri.

Selang 3 sampai 5 menit kemudian, lanjut Jufri, ada lagi sekitar 8 yang berjalan beriringan. "Tak lama, ada lima lagi yang datang dan terlihat jelas sekali. Kayak iring-iringan," kata warga yang beralamat di RT 11 RW 05 Petukangan Selatan, Jakarta.

Namun dalam waktu 15 menit. Sinar-sinar tersebut tiba-tiba menghilang. Fenomena ini tak disaksikan Jufri sendiri. Dia bersama enam orang temannya sedang membakar sate kurban.

Saat melihat adanya benda aneh di langit Jakarta ini, Jufri segera merekam dengan kamera handphonenya. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai kameramen di sebuah production house dan party organizer ini mengunggah hasil rekamannya malam itu ke situs youtube. (okz/kem) http://www.suaramedia.com

Sabtu, 13 Desember 2008

KOMET YANG TERCERAI BERAI


Melihat komet, anggota Tata Surya yang berekor panjang ini, sungguh pengalaman yang menarik. Sudah ribuan komet yang bisa diamati. Namun, mengamati sebuah komet yang tercerai-berai menjadi beberapa bagian tentu memunculkan kekaguman lebih.
Pergerakan pecahan komet berlanjut dan mencapai titik terdekat orbitnya ke Matahari (perihelion) pada 7 Juni. Kemudian menjauhi Matahari untuk mencari bentuk orbit baru.
Dalam pengamatan, terlihat rangkaian 33 buah "bintang berekor" yang membentang beberapa derajat busur, beberapa kali lebih panjang dari diameter piringan Matahari atau Bulan. Deretan pecahan komet tersebut diberi nama sesuai dengan urutan abjad.
Teleskop antariksa Hubble berhasil mengamati dua pecahan, yaitu B dan G. Dari gambar yang dihasilkan terlihat proses pecahnya komet yang menakjubkan. Pecahan yang besar akan terus pecah menjadi potongan lebih kecil, yang bergerak mengikuti pecahan terbesarnya dan sebagiannya akan lenyap bersamaan. Demikian halnya melalui pengamatan teleskop landas Bumi.
Gambar-gambar berurutan (sekuensial) yang diperoleh menegaskan bahwa potongan komet didorong ke belakang oleh semburan gas dari inti, menjauhi arah datangnya radiasi Matahari.
Pecahan kecil bermassa lebih rendah bergerak lebih cepat menjauhi pecahan utama dibandingkan dengan pecahan yang lebih besar. Beberapa pecahan tidak terlihat lagi dalam beberapa hari kemudian.

PENYEBAB

Inti komet, menurut model astronom dari Universitas Harvard, Fred L Whipple, merupakan gumpalan es kotor yang tersusun dari campuran debu dan es yang memiliki struktur berlubang dan rapuh.
Komet menghuni tepi Tata Surya serta lokasi yang lebih jauh lagi. Komet memiliki materi yang serupa dengan materi pembentukan Tata Surya. Akibat gravitasi Matahari, komet bergerak menuju pusat Tata Surya. Sebagian darinya melintasi planet-planet.
Karena gaya pasang surut dari planet yang dilintasilah, komet dapat pecah. Faktor lainnya adalah ada bagian dari inti berotasi lebih cepat dari bagian lain, ada bagian dari inti yang meledak akibat gas yang mudah menguap di dalamnya memancar keluar seperti halnya tutup botol sampanye terlempar lepas dari botolnya dan akibat tekanan panas ketika komet melintas dekat Matahari.
Berdasarkan analisis data dari Hubble dan beberapa pengamatan lain disimpulkan bahwa faktor yang mempercepat proses pecahnya komet 73P/Schwassmann-Wachmann 3 adalah kian dekatnya komet ke Bumi dan Matahari.

PENEMUAN

Komet di atas ditemukan astronom Jerman Arnold Schwassmann dan Arno Arthur Wachmann pada 1930 ketika tengah memotret asteroid. Komet diberi nama menurut nama gabungan penemunya.
Saat itu komet berjarak 9,3 juta km dari Bumi (atau 24 kali jarak Bumi-Bulan). Dari perhitungan diketahui bahwa komet mengorbit Matahari dengan kala edar 5,4 tahun. Sayangnya pada 1979 dan 1985 komet tidak bisa teramati.
Lantas pada musim gugur 1995 komet teramati dan-akibat terpaan angin Matahari-memperlihatkan diri memijar dan memancarkan ekor debu dan gas lebih besar dari biasanya. Tak lama kemudian komet pecah menjadi empat bagian yang diberi nama A, B, C, dan D. Pecahan C merupakan pecahan terbesar dan dianggap sebagai pecahan utama dari inti komet. Hanya pecahan B dan C yang teramati di periode selanjutnya.
Nah, apakah pecahan komet akan tetap ada di masa berikutnya? Pengamatan oleh astronom profesional dan amatir yang mengikuti gerak komet akan membuktikannya.

Kasus P/Shoemaker-Levy 9

Komet pecah yang fenomenal ditemukan pada 23 Maret 1993 oleh Eugene dan Carolyn Shoemaker serta David Levy dengan menggunakan teleskop terkecil di Observatorium Palomar.
Hasil pemotretan memperlihatkan untaian benda langit yang aneh (yang semula diduga galaksi kemudian beralih dugaan sebagai komet) dekat dengan Planet Yupiter. Seperti dituturkan David Levy, mereka kemudian meminta Jim Scotti yang kebetulan sedang menggunakan teleskop yang lebih besar untuk mengamati ulang guna melihat detailnya.
Dua jam kemudian sambil mendengarkan First Symphony Beethoven dan Fourth Movement diperoleh kabar bahwa yang mereka temukan adalah komet? yang telah pecah.
Penemuan dikomunikasikan ke Biro Pusat Telegram Astronomi di Cambridge-Massachusetts, untuk mendapatkan konfirmasi dan pemberian nama obyek baru. Komet itu diberi nama P/Shoemaker-Levy 9.
Melalui perhitungan cermat oleh JPL NASA diperoleh hasil bahwa komet tersebut pecah ketika berada di orbit terdekatnya ke Yupiter (perijove) pada 8 Juli 1992 di jarak 100.000 km. Akibat gravitasi Yupiter-lah komet tersebut tercerai-berai.
Yang lebih mengejutkan adalah setelah dilakukan perhitungan lebih lanjut oleh astronom dari Harvard-Smithsonian Center of Astrophysics bahwa komet akan menimpa Yupiter pada paruh Juli 1994.
Berita P/Shoemaker-Levy 9 menabrak Yupiter pada 16-22 Juli 1994 merupakan salah satu berita besar dalam sejarah pengamatan obyek langit. Hampir seluruh koran besar di dunia memberitakannya.
Fenomena P/Shoemaker-Levy 9 selain menegaskan bagaimana sebuah komet bisa pecah juga memberikan pelajaran bahwa Yupiter ternyata masih terus membentuk dirinya menjadi planet-yang lebih matang, bagaimana berbahayanya komet seandainya menimpa Bumi, dan bagaimana Tata Surya terbentuk dahulu kala.
Dalam hal evolusi komet, menurut astronom Hal Weaver dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, kehancuran komet menjadi beberapa bagian merupakan fase akhir yang umum terjadi.

Apa yang terjadi pada bumi di tahun 2036 ?


SAN FRANSISCO, RABU - Sebuah asteroid diperkirakan akan melintas dekat Bumi pada tahun 2036. Jika tabrakan tak dapat dihindarkan, sebuah kota bahkan kawasan yang lebih luas bisa luluh lantak. Karena itu, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) didesak untuk meyiapkan strategi khusus menghadapi ancaman semacam ini.
Sebuah asteroid yang diberi nama Apophis akan melintas pada posisi terdekat dengan Bumi pada 13 April 2036. Peluangnya menabrak Bumi 1 berbanding 45.000. Meski peluang tabrakan dengan Bumi relatif kecil, Badan Antariksa AS (NASA) telah mendeteksi ratusan bahkan ribuan asteroid yang saat ini tengah bergerak mendekati Bumi. Bahkan, NASA telah diberi mandat Konggres AS untuk mengamati secara lebih rinci pergerakan-pergerakan asteroid yang melintas ke arah Bumi.
"Tidak hanya Apophis yang kami amati. Setiap negara berisiko terancam. Kami membutuhkan prinsip-prinsip dasar untuk menghadapi masalah ini," ungkap Rusty Schweickart, mantan astronot Apollo 9 yang mengorbit Bumi pada tahun 1969, di depan konferensi Asosiasi untuk kemajuan Sains Amerika (AAAS). Ia juga akan menyampaikan usulan penyusunan cetak biru untuk menghadapai ancaman asteroid di depan kepada Komite PBB Pemanfaatan Ruang Angkasa untuk Tujuan Damai minggu depan.
Schweickart menambahkan, sejumlah mantan astronot dan kosmonot yang tergabung dalam Asosiasi Penjelajahan Ruang Angkasa berencana menggelar rangkaian workshop tingkat tinggi untuk mendiskusikan langkah yang dibutuhkan. Hasil kegiatan ini akan dijadikan dasar penyusunan proposal resmi yang akan diajukan kepada PBB pada tahun 2009. Harapannya, PBB dapat mengadopsi metode tersebut untuk menghadapi setiap ancaman asteroid dan dapat menentukan kapan dan apa yang harus dilakukan.
Salah satu pendekatan jitu yang telah mengemuka saat ini adalah mengubah jalur pergerakan asteroid dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Ed Lu, mantan astronot yang pernah bertugas di Stasiun Antariksa Internasional (ISS), menyatakan sebuah wahana mungkin sebaiknya dikirim ke sana sebagai Traktor Gravitasi yang akan menarik asteroid sedikit demi sedikit sehingga jalurnya berbelok. Sebaliknya, menghancurkan sebuah asteroid dengan bom atom seperti yang digambarkan film-film fiksi ilmiah, menurutnya, justru memperbesar peluang pecahan-pecahannya menabrak Bumi.
Untuk membelokkan asteroid seukuran Apophis yang panjangnya mencapai 140 meter dibutuhkan waktu sekitar 12 hari. Meskipun demikian, NASA memperkirakan pengaruh gaya tarik sangat tergantung jenis batuan yang menyusun asteroid dan sudut kerjanya. Biaya yang dibutuhkan diperkirakan sekitar 300 juta dollar AS. Makin cepat diluncurkan, makin sedikit energi dan ongkos yang dibutuhkan. Tingkat keberhasilannya menjauhkan dari Bumi juga semakin besar.

Senin, 08 Desember 2008

BLACK HOLE


MUNGKIN tidak ada objek astronomi yang sepopuler lubang hitam (black hole). Di dalam arena diskusi dengan masyarakat luas di setiap kesempatan, pertanyaan mengenai objek eksotik yang satu ini seakan tidak pernah lupa untuk dilontarkan. Siapa sangka, istilah yang pertama kali diberikan oleh John Archibald Wheeler pada 1969 sebagai ganti nama yang terlalu panjang, yaitu completely gravitational collapsed stars, ini menjadi sedemikian akrab di kalangan awam sekalipun?
Konsep lubang hitam pertama kali diajukan oleh seorang matematikawan-astronom berkebangsaan Jerman, Karl Schwarzschild, pada tahun 1916 sebagai solusi eksak dari persamaan medan Einstein (Relativitas Umum). Penyelesaian berupa persamaan diferensial orde dua nonlinear--yang dihasilkan Schwarzschild hanya dengan bantuan pensil dan kertas kala itu--sangat memikat Einstein. Pasalnya, relativitas umum yang bentuk finalnya telah dipaparkan Einstein di Akademi Prusia pada 25 November 1915, oleh penemunya sendiri "hanya" berhasil dipecahkan dengan penyelesaian pendekatan. Bahkan dalam perkiraan Einstein, tidak akan mungkin menemukan solusi eksak dari persamaan medan temuannya tersebut.
Istilah lubang hitam sendiri menggambarkan kondisi kelengkungan ruang-waktu di sekitar benda bermassa dengan medan gravitasi yang sangat kuat. Menurut teori relativitas umum, kehadiran massa akan mendistorsi ruang dan waktu. Dalam bahasa yang sederhana, kehadiran massa akan melengkungkan ruang dan waktu di sekitarnya. Ilustrasi yang umum digunakan untuk mensimulasikan kelengkungan ruang di sekitar benda bermassa dalam relativitas umum adalah dengan menggunakan lembaran karet sangat elastis untuk mendeskripsikan ruang 3 dimensi ke dalam ruang 2 dimensi.
Bila kita mencoba menggelindingkan sebuah bola pingpong di atas hamparan lembaran karet tersebut, bola akan bergerak lurus dengan hanya memberi sedikit tekanan pada lembaran karet. Sebaliknya, bila kita letakkan bola biliar yang massanya lebih besar (masif) dibandingkan bola pingpong, akan kita dapati lembaran karet melengkung dengan cekungan di pusat yang ditempati oleh bola biliar tersebut. Semakin masif bola yang kita gunakan, akan semakin besar tekanan yang diberikan dan semakin dalam pula cekungan pusat yang dihasilkan pada lembaran karet.
Sudah menjadi pengetahuan publik bila gerak Bumi dan planet-planet lain dalam tata surya mengorbit Matahari sebagai buah kerja dari gaya gravitasi, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Isaac Newton pada tahun 1687 dalam Principia Mathematica-nya. Melalui persamaan matematika yang menjelaskan hubungan antara kelengkungan ruang dan distribusi massa di dalamnya, Einstein ingin memberikan gambaran tentang gravitasi yang berbeda dengan pendahulunya tersebut. Bila sekarang kita menggulirkan bola yang lebih ringan di sekitar bola yang masif pada lembaran karet di atas, kita menjumpai bahwa bola yang ringan tidak lagi mengikuti lintasan lurus sebagaimana yang seharusnya, melainkan mengikuti kelengkungan ruang yang terbentuk di sekitar bola yang lebih masif. Cekungan yang dibentuk telah berhasil "menangkap" benda bergerak lainnya sehingga mengorbit benda pusat yang lebih masif tersebut. Inilah deskripsi yang sama sekali baru tentang penjelasan gerak mengorbitnya planet-planet di sekitar Matahari a la relativitas umum. Dalam kasus lain bila benda bergerak menuju ke pusat cekungan, benda tersebut tentu akan tertarik ke arah benda pusat. Ini juga memberi penjelasan tentang fenomena jatuhnya meteoroid ke Matahari, Bumi, atau planet-planet lainnya.


Radius kritis
Melalui persamaan matematisnya yang berlaku untuk sembarang benda berbentuk bola sebagai solusi eksak atas persamaan medan Einstein, Schwarzschild menemukan bahwa terdapat suatu kondisi kritis yang hanya bergantung pada massa benda tersebut. Bila jari-jari benda tersebut (bintang misalnya) mencapai suatu harga tertentu, ternyata kelengkungan ruang-waktu menjadi sedemikian besarnya sehingga tak ada satupun yang dapat lepas dari permukaan benda tersebut, tak terkecuali cahaya yang memiliki kelajuan 300.000 kilometer per detik! Jari-jari kritis tersebut sekarang disebut Jari-jari Schwarzschild, sementara bintang masif yang mengalami keruntuhan gravitasi sempurna seperti itu, untuk pertama kalinya dikenal dengan istilah lubang hitam dalam pertemuan fisika ruang angkasa di New York pada tahun 1969.
Untuk menjadi lubang hitam, menurut persamaan Schwarzschild, Matahari kita yang berjari-jari sekira 700.000 kilometer harus dimampatkan hingga berjari-jari hanya 3 kilometer saja. Sayangnya, bagi banyak ilmuwan kala itu, hasil yang diperoleh Schwarzschild dipandang tidak lebih sebagai sebuah permainan matematis tanpa kehadiran makna fisis. Einstein termasuk yang beranggapan demikian. Akan terbukti belakangan, keadaan ekstrem yang ditunjukkan oleh persamaan Schwarzschild sekaligus model yang diajukan fisikawan Amerika Robert Oppenheimer beserta mahasiswanya, Hartland Snyder, pada 1939 yang berangkat dari perhitungan Schwarzschild berhasil ditunjukkan dalam sebuah simulasi komputer.

Kelahiran lubang hitam
Bagaimana proses fisika hingga terbentuknya lubang hitam? Bagi mahasiswa tingkat sarjana di Departemen Astronomi, mereka mempelajari topik ini di dalam perkuliahan evolusi Bintang. Waktu yang diperlukan kumpulan materi antarbintang (sebagian besar hidrogen) hingga menjadi "bintang baru" yang disebut sebagai bintang deret utama (main sequence star), bergantung pada massa cikal bakal bintang tersebut. Makin besar massanya, makin singkat pula waktu yang diperlukan untuk menjadi bintang deret utama. Energi yang dimiliki "calon" bintang ini semata-mata berasal dari pengerutan gravitasi. Karena pengerutan gravitasi inilah temperatur di pusat bakal bintang menjadi meninggi.
Dari mana bintang-bintang mendapatkan energi untuk menghasilkan kalor dan radiasi, pertama kali dipaparkan oleh astronom Inggris Sir Arthur Stanley Eddington. Sir Eddington juga yang pernah memimpin ekspedisi gerhana Matahari total ke Pulau Principe di lepas pantai Afrika pada 29 Mei 1919 untuk membuktikan ramalan teori relativitas umum tentang pembelokan cahaya bintang di dekat Matahari. Meskipun demikian, fisikawan nuklir Hans Bethe-lah yang pada tahun 1938 berhasil menjelaskan bahwa reaksi fusi nuklir (penggabungan inti-inti atom) di pusat bintang dapat menghasilkan energi yang besar. Pada temperatur puluhan juta Kelvin, inti-inti hidrogen (materi pembentuk bintang) mulai bereaksi membentuk inti helium. Energi yang dibangkitkan oleh reaksi nuklir ini membuat tekanan radiasi di dalam bintang dapat menahan pengerutan yang terjadi. Bintang pun kemudian berada dalam kesetimbangan hidrostatik dan akan bersinar terang dalam waktu jutaan bahkan milyaran tahun ke depan bergantung pada massa awal yang dimilikinya.
Semakin besar massa awal bintang, semakin cepat laju pembangkitan energinya sehingga semakin singkat pula waktu yang diperlukan untuk menghabiskan pasokan bahan bakar nuklirnya. Manakala bahan bakar tersebut habis, tidak akan ada lagi yang mengimbangi gravitasi, sehingga bintang pun mengalami keruntuhan kembali.
Nasib akhir sebuah bintang ditentukan oleh kandungan massa awalnya. Artinya, tidak semua bintang akan mengakhiri hidupnya sebagai lubang hitam. Untuk bintang-bintang seukuran massa Matahari kita, paling jauh akan menjadi bintang katai putih (white dwarf) dengan jari-jari lebih kecil daripada semula, namun dengan kerapatan mencapai 100 hingga 1000 kilogram tiap centimeter kubiknya! Tekanan elektron terdegenerasi akan menahan keruntuhan lebih lanjut sehingga bintang kembali setimbang. Karena tidak ada lagi sumber energi di pusat bintang, bintang katai putih selanjutnya akan mendingin menjadi bintang katai gelap (black dwarf).
Untuk bintang-bintang dengan massa awal yang lebih besar, setelah bintang melontarkan bagian terluarnya akan tersisa bagian inti yang mampat. Jika massa inti yang tersisa tersebut lebih besar daripada 1,4 kali massa Matahari (massa Matahari: 2x10 pangkat 30 kilogram), gravitasi akan mampu mengatasi tekanan elektron dan lebih lanjut memampatkan bintang hingga memaksa elektron bergabung dengan inti atom (proton) membentuk netron. Bila massa yang dihasilkan ini kurang dari 3 kali massa Matahari, tekanan netron akan menghentikan pengerutan untuk menghasilkan bintang netron yang stabil dengan jari-jari hanya belasan kilometer saja. Sebaliknya, bila massa yang dihasilkan pasca ledakan bintang lebih dari 3 kali massa Matahari, tidak ada yang bisa menahan pengerutan gravitasi. Bintang akan mengalami keruntuhan gravitasi sempurna membentuk objek yang kita kenal sebagai lubang hitam. Bila bintang katai putih dapat dideteksi secara fotografik dan bintang netron dengan teleskop radio, lubang hitam tidak akan pernah dapat kita lihat secara langsung!

Mengenali lubang hitam
Bila memang lubang hitam tidak akan pernah bisa kita lihat secara langsung, lantas bagaimana kita bisa meyakini keberadaannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, John Wheeler sebagai tokoh yang mempopulerkan istilah lubang hitam, memiliki sebuah perumpamaan yang menarik. Bayangkan Anda berada di sebuah pesta dansa di mana para pria mengenakan tuksedo hitam sementara para wanita bergaun putih panjang. Mereka berdansa sambil berangkulan, dan karena redupnya penerangan di dalam ruangan, Anda hanya dapat melihat para wanita dalam balutan busana putih mereka. Nah, wanita itu ibarat bintang kasat mata sementara sang pria sebagai lubang hitamnya. Meskipun Anda tidak melihat pasangan prianya, dari gerakan wanita tersebut Anda dapat merasa yakin bahwa ada sesuatu yang menahannya untuk tetap berada dalam "orbit dansa".
Demikianlah para astronom dalam mengenali keberadaan sebuah lubang hitam. Mereka menggunakan metode tak langsung melalui pengamatan bintang ganda yang beranggotakan bintang kasat mata dan sebuah objek tak tampak. Beruntung, semesta menyediakan sampel bintang ganda dalam jumlah yang melimpah. Kenyataan ini bukanlah sesuatu yang mengherankan, sebab bintang-bintang memang terbentuk dalam kelompok. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa di galaksi kita, Bima Sakti, terdapat banyak bintang yang merupakan anggota suatu gugus bintang ataupun asosiasi.
Telah disebutkan di atas bahwa medan gravitasi lubang hitam sangat kuat, jauh lebih kuat daripada bintang kompak lainnya seperti bintang “katai putih” maupun bintang netron. Dalam sebuah sistem bintang ganda berdekatan, objek yang lebih masif dapat menarik materi dari bintang pasangannya. Demikian pula dengan lubang hitam. lubang hitam menarik materi dari bintang pasangan dan membentuk cakram akresi di sekitarnya (bayangkan sebuah donat yang pipih bentuknya). Bagian dalam dari cakram yang bergerak dengan kelajuan mendekati kelajuan cahaya, akan melepaskan energi potensial gravitasinya ketika jatuh ke dalam lubang hitam. Energi yang sedemikian besar diubah menjadi kalor yang akan memanaskan molekul-molekul gas hingga akhirnya terpancar sinar-X dari cakram akresi tersebut. Sinar-X yang dihasilkan inilah yang digunakan oleh para astronom untuk mencurigai keberadaan sebuah lubang hitam dalam suatu sistem bintang ganda. Untuk lebih meyakinkan bahwa bintang kompak tersebut benar-benar lubang hitam alih-alih bintang “katai putih” ataupun bintang netron, astronom menaksir massa objek tersebut dengan perangkat matematika yang disebut fungsi massa. Bila diperoleh massa bintang kompak lebih dari 3 kali massa Matahari, besar kemungkinan objek tersebut adalah lubang hitam.

Minggu, 07 Desember 2008

UFO, Antara Ada dan Tiada


Sejumlah mantan pilot yang mengaku pernah menyaksikan sejumlah fenomena aneh di angkasa mendesak pemerintah Amerika Serikat membuka kembali penyelidikan mengenai unidentified flying object (UFO). Para bekas pilot ini percaya, UFO benar-benar ada.

"Kami ingin pemerintah AS berhenti menekankan mitos bahwa semua UFO dapat dijelaskan secara mudah, dalam bentuk biasa," kata Fife Symington, mantan pilot AU AS dan juga mantan Gubernur Negara Bagian Arizona, seperti dilansir AFP, Selasa (13/11/2007).
"Malah negara ini harus membuka kembali penyelidikan resmi yang telah ditutup sejak 1969," imbuh Symington.

Symington mengaku pernah menyaksikan UFO pada tahun 1997 lalu. Dia melihat objek seperti piring terbang transparan melayang di angkasa.

"Kami percaya untuk alasan keamanan nasional dan keamanan penerbangan, setiap negara harus berusaha untuk mengidentifikasi setiap objek di angkasanya," kata pernyataan bersama 19 mantan pilot dan pejabat pemerintahan itu.

UFO menjadi subjek perdebatan dalam debat terbaru calon presiden AS, ketika calon Partai Demokrat Dennis Kucinich mengaku pernah melihat UFO. Pernyataan Kucinich ini jelas membuatnya ditertawakan oleh sebuah acara komedi di televisi.

Kelompok skeptis berpendapat, penampakan UFO itu sebenarnya adalah pesawat, satelit atau meteor yang memasuki atmosfer bumi. Namun, para mantan pilot yang bergabung bersama Symington menolak pendapat itu.

"Tak ada satu pun dalam latihan yang menyiapkan saya untuk apa yang telah kami saksikan," kata James Penniston yang juga mantan pilot AU Amerika Serikat.

Penniston menjelaskan, dia pernah melihat dan menyentuh UFO ketika berdinas di Lanud Woodbridge milik Inggris. Penniston melihat sebuah bentuk pesawat berbentuk segitiga dengan 'cahaya biru dan kuning di sekitar bagian luarnya'.

Menurut Penniston, UFO itu terasa 'hangat saat disentuh dan seperti logam. Di satu sisi pesawat terdampat simbol gambar. "Simbol terbesar adalah sebuah segitiga, yang berada di tengah-tengah simbol lain," kata Penniston.

Setelah 45 menit, aktivitas pesawat itu mulai meningkat dan kemudian melesat terbang dalam kecepatan yang tak dapat dipercaya di hadapan 80 personel AU lainnya. "Di buku catatan, saya menulis 'kecepatan: tak mungkin'," kata Penniston.

Kasus penampakan UFO lainnya muncul di Chili pada tahun 1988 lalu. Saat hendak menyentuk landasan pacu Bandara Puerto Montt, seorang pilot Boeing 737 terpaksa bermanuver menghindari sebuah cahaya putih besar yang dikelililingi cahaya hijau dan merah.

"Menunjukkan bahwa UFO dapat membahayakan penerbangan," kata anggota AU Chili Rodrigo Bravo.