Sabtu, 13 Desember 2008

KOMET YANG TERCERAI BERAI


Melihat komet, anggota Tata Surya yang berekor panjang ini, sungguh pengalaman yang menarik. Sudah ribuan komet yang bisa diamati. Namun, mengamati sebuah komet yang tercerai-berai menjadi beberapa bagian tentu memunculkan kekaguman lebih.
Pergerakan pecahan komet berlanjut dan mencapai titik terdekat orbitnya ke Matahari (perihelion) pada 7 Juni. Kemudian menjauhi Matahari untuk mencari bentuk orbit baru.
Dalam pengamatan, terlihat rangkaian 33 buah "bintang berekor" yang membentang beberapa derajat busur, beberapa kali lebih panjang dari diameter piringan Matahari atau Bulan. Deretan pecahan komet tersebut diberi nama sesuai dengan urutan abjad.
Teleskop antariksa Hubble berhasil mengamati dua pecahan, yaitu B dan G. Dari gambar yang dihasilkan terlihat proses pecahnya komet yang menakjubkan. Pecahan yang besar akan terus pecah menjadi potongan lebih kecil, yang bergerak mengikuti pecahan terbesarnya dan sebagiannya akan lenyap bersamaan. Demikian halnya melalui pengamatan teleskop landas Bumi.
Gambar-gambar berurutan (sekuensial) yang diperoleh menegaskan bahwa potongan komet didorong ke belakang oleh semburan gas dari inti, menjauhi arah datangnya radiasi Matahari.
Pecahan kecil bermassa lebih rendah bergerak lebih cepat menjauhi pecahan utama dibandingkan dengan pecahan yang lebih besar. Beberapa pecahan tidak terlihat lagi dalam beberapa hari kemudian.

PENYEBAB

Inti komet, menurut model astronom dari Universitas Harvard, Fred L Whipple, merupakan gumpalan es kotor yang tersusun dari campuran debu dan es yang memiliki struktur berlubang dan rapuh.
Komet menghuni tepi Tata Surya serta lokasi yang lebih jauh lagi. Komet memiliki materi yang serupa dengan materi pembentukan Tata Surya. Akibat gravitasi Matahari, komet bergerak menuju pusat Tata Surya. Sebagian darinya melintasi planet-planet.
Karena gaya pasang surut dari planet yang dilintasilah, komet dapat pecah. Faktor lainnya adalah ada bagian dari inti berotasi lebih cepat dari bagian lain, ada bagian dari inti yang meledak akibat gas yang mudah menguap di dalamnya memancar keluar seperti halnya tutup botol sampanye terlempar lepas dari botolnya dan akibat tekanan panas ketika komet melintas dekat Matahari.
Berdasarkan analisis data dari Hubble dan beberapa pengamatan lain disimpulkan bahwa faktor yang mempercepat proses pecahnya komet 73P/Schwassmann-Wachmann 3 adalah kian dekatnya komet ke Bumi dan Matahari.

PENEMUAN

Komet di atas ditemukan astronom Jerman Arnold Schwassmann dan Arno Arthur Wachmann pada 1930 ketika tengah memotret asteroid. Komet diberi nama menurut nama gabungan penemunya.
Saat itu komet berjarak 9,3 juta km dari Bumi (atau 24 kali jarak Bumi-Bulan). Dari perhitungan diketahui bahwa komet mengorbit Matahari dengan kala edar 5,4 tahun. Sayangnya pada 1979 dan 1985 komet tidak bisa teramati.
Lantas pada musim gugur 1995 komet teramati dan-akibat terpaan angin Matahari-memperlihatkan diri memijar dan memancarkan ekor debu dan gas lebih besar dari biasanya. Tak lama kemudian komet pecah menjadi empat bagian yang diberi nama A, B, C, dan D. Pecahan C merupakan pecahan terbesar dan dianggap sebagai pecahan utama dari inti komet. Hanya pecahan B dan C yang teramati di periode selanjutnya.
Nah, apakah pecahan komet akan tetap ada di masa berikutnya? Pengamatan oleh astronom profesional dan amatir yang mengikuti gerak komet akan membuktikannya.

Kasus P/Shoemaker-Levy 9

Komet pecah yang fenomenal ditemukan pada 23 Maret 1993 oleh Eugene dan Carolyn Shoemaker serta David Levy dengan menggunakan teleskop terkecil di Observatorium Palomar.
Hasil pemotretan memperlihatkan untaian benda langit yang aneh (yang semula diduga galaksi kemudian beralih dugaan sebagai komet) dekat dengan Planet Yupiter. Seperti dituturkan David Levy, mereka kemudian meminta Jim Scotti yang kebetulan sedang menggunakan teleskop yang lebih besar untuk mengamati ulang guna melihat detailnya.
Dua jam kemudian sambil mendengarkan First Symphony Beethoven dan Fourth Movement diperoleh kabar bahwa yang mereka temukan adalah komet? yang telah pecah.
Penemuan dikomunikasikan ke Biro Pusat Telegram Astronomi di Cambridge-Massachusetts, untuk mendapatkan konfirmasi dan pemberian nama obyek baru. Komet itu diberi nama P/Shoemaker-Levy 9.
Melalui perhitungan cermat oleh JPL NASA diperoleh hasil bahwa komet tersebut pecah ketika berada di orbit terdekatnya ke Yupiter (perijove) pada 8 Juli 1992 di jarak 100.000 km. Akibat gravitasi Yupiter-lah komet tersebut tercerai-berai.
Yang lebih mengejutkan adalah setelah dilakukan perhitungan lebih lanjut oleh astronom dari Harvard-Smithsonian Center of Astrophysics bahwa komet akan menimpa Yupiter pada paruh Juli 1994.
Berita P/Shoemaker-Levy 9 menabrak Yupiter pada 16-22 Juli 1994 merupakan salah satu berita besar dalam sejarah pengamatan obyek langit. Hampir seluruh koran besar di dunia memberitakannya.
Fenomena P/Shoemaker-Levy 9 selain menegaskan bagaimana sebuah komet bisa pecah juga memberikan pelajaran bahwa Yupiter ternyata masih terus membentuk dirinya menjadi planet-yang lebih matang, bagaimana berbahayanya komet seandainya menimpa Bumi, dan bagaimana Tata Surya terbentuk dahulu kala.
Dalam hal evolusi komet, menurut astronom Hal Weaver dari Johns Hopkins University Applied Physics Laboratory, kehancuran komet menjadi beberapa bagian merupakan fase akhir yang umum terjadi.

1 komentar:

agustin's aggunk mengatakan...

makasih infonya,
blog astronomiku
http://firezonex.blogspot.com/